Wednesday, October 21, 2009

Membangun Rumah Tahan Gempa

Kenyataan masih banyak korban gempa tinggal di tenda. Padahal, sudah hampir tiga bulan bencana gempa berlalu. Sayangnya, keinginan untuk kembali membangun rumahnya yang roboh, belum juga terwujud. Tentu, ini lantaran keterbatasan dana.

Itu sebabnya, Tim Struktur Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Janabadra yang terdiri Prasetya Adi ST MT, Sumarji ST MT dan Ir Yan Sujendro M merancang rumah sederhana tipe 36 dan 45, tahan gempa dengan harga terjangkau. Harapannya, desain rumah tersebut dapat mewujudkan keinginan warga kembali ke rumah -- meski dana terbatas.
Meski sederhana, untuk mengurangi akibat buruk lantaran guncangan gempa, maka perlu diperhatikan perencanaan dalam membangun rumah. Berdasarkan studi lapangan, sebagian besar rumah tembok yang roboh akibat gempa, dibangun berdasarkan kebiasaan setempat. "Jadi yang diperhitungkan hanya pengaruh beban vertikal. Belum memperhitungkan pengaruh beban gempa," kata Ir Yan Sujendro M.

Untuk membangun rumah tahan gempa, yang harus diperhatikan adalah persyaratan bahan bangunan (bata, batako, adukan pasangan), kualitas pekerjaan, dan perkuatan rangka bangunan (kolom, balok sloof, balok ring, balok lantai). Prinsip utama bangunan tahan gempa adalah adanya kesatuan elemen struktur bangunan, semua unsur bekerja secara bersama-sama sebagai satu kesatuan.


Sangat dianjurkan untuk daerah rawan gempa menggunakan struktur dinding dengan perkuatan. Perkuatan dinding berupa kolom praktis, balok sloof, balok ring, dan balok latai. Mutu campuran beton dianjurkan menggunakan perbandingan 1 PC : 2 pasir : 3 kerikil. Pencampuran bahan menggunakan air sebanyak 0,5 bagian.


Secara garis besar, ukuran beton bertulang sebagai berikut. Kolom utama 15 x 15 cm dengan tulangan 4 diameter 12 mm dengan begel diameter 8 jarak 100 mm. Kolom praktis 13 x 13 cm dengan tulangan 4 diameter 10 mm dengan begel diameter 8 jarak 100 mm. Balok sloof 15 x 20 cm dengan tulangan 4 diameter 12 mm dengan begel diameter 8 jarak 150 mm. Balok ring 13 x 15 cm tulangan 4 diameter 10 mm dengan begel diameter 8 jarak 150 mm.


Untuk memperkuat dinding, semua kolom dilengkapi dengan ankur baja diameter 8 mm panjang 30 cm pada setiap ketebalan 6 lapis batu bata atau 3 lapis batako. Balok sloof dihubungkan dengan pondasi dengan ankur diameter 12 mm setiap jarak 100 cm.

Pondasi menggunakan batu kali dengan kedalaman minimal 45 cm dari muka tanah (tinggi pondasi kurang lebih 60 cm), lebar pondasi bawah 70 cm.
Penggunaan gunung-gunung pada rumah bentuk atap pelana diperkenankan dengan perkuatan berupa kolom menerus dari kolom praktis di bawahnya serta pasangan bata terakhir ditutup dengan beton bertulang. Antargunung-gunung dihubungkan dengan perkuatan horizontal.


Menurut Yan Sujendro, desain bangunan rumah tahan gempa ini berupa bangunan tipe 36 dan 45 dengan asumsi bahwa tipe-tipe tersebut dapat memenuhi kebutuhan minimal tempat tinggal dengan biaya yang serendah-rendahnya. Bentuk dan tata ruang rumah tipe 36 dan 45 tidak jauh berbeda, perbedaan hanya pada luas bangunannya.


Untuk penghematan digunakan batu bata sebagai bahan dinding, atap asbes (semen) gelombang, dan lantai floor atau tegel abu-abu. Bila keadaan memungkinkan nantinya dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan ruang dan dana yang tersedia.


Pemilihan bahan atap semen (asbes) gelombang agar diperoleh berat struktur atap yang ringan dan menghemat penggunaan kayu. Dalam perencanaan ini diasumsikan struktur atap menggunakan kasau (usuk) dengan jarak 40 cm.

Dalam perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) diasumsikan pekerjaan dengan bahan-bahan baru. Dalam praktik dapat menggunakan batu bata, kayu usuk, gording, kusen bekas yang tentunya akan mengurangi biaya pembangunan. Analisis harga satuan menggunakan dasar Peraturan Bupati Bantul nomor 29 Tahun 2006 tentang Standardisasi Harga Barang dan Jasa Pemerintah Kabupaten Bantul Tahun 2006